4 Peneliti Remaja Indonesia
Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) menjadi ajang sebuah kompetisi ilmiah Internasional. Kompetisi ini diadakan di Los Angeles, California, Amerika Serikat pada 14-19 Mei lalu. Dari 78 negara yang mengikuti kompetisi ini, ada 1.778 hasil karya ilmiah siswa Sekolah Menengah Atas yang dinilai. Tidak disangka, 4 peneliti remaja Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam kompetisi ilmiah tersebut.
Sebelumnya keempat peneliti remaja tersebut telah diseleksi melalui kompetisi tingkat Nasional. Kompetisi tersebut yaitu Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) dan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2016. Sebelum mengikuti kompetisi tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy melepas secara resmi Delegasi Intel-ISEF 2017 di Kemendikbud Jakarta.
Intel-ISEF adalah lomba penelitian terbesar di dunia yang diadakan oleh Society for Science an The Public di tiga kota yang berbeda setiap tahunnya, yaitu Los Angeles, Phoenix, dan Pitsburg.
Baca : Misophonia, Memicu Reaksi Ekstrem Dari Penderitanya
Dikutip dari laman lipi.go.id, penghargaan utama (Grand Awards) pada posisi keempat diraih oleh Latifah Maratun Sholikhah dari SMA Negeri 1 Teras, Boyolali, Jawa Tengah. Ia juga merupakan juara I LKIR LIPI kategori social sciences. Melalui karya penelitian “Anak-Anak yang Terabaikan: Studi Kasus Sikap Masyarakat terhadap Anak Penderita HIV/AIDS di Enam Kecamatan di Surakarta”, Latifah mendapatkan penghargaan sebagai 4th Place Grand Awards on Category of Social and Behavioral Sciences. Selain itu, ia juga mendapatkan penghargaan sebagai Honorable Mentions dari American Physiological Association.
Latifah mengungkapkan bahwa penelitiannya berawal dari lingkungan sekitarnya. Di lingkungan sekitar Latifah ternyata banyak korban kasus HIV/AIDS sehingga ia ingin agar masyarakat umum lebih memberikan perhatian kepada korban kasus tersebut. Ia ingin masyarakat bersikap lebih baik dan berempati kepada anak-anak korban kasus HIV/AIDS karena mereka juga punya hak yang sama seperti anak-anak lainnya.
Pelajar kedua yang mendapatkan penghargaan yaitu Azizah Dewi Suryaningsih dari SMA Negeri 1 Yogyakarta. Ia merupakan juara I LKIR Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim. Azizah mendapatkan penghargaan Special Awards pada posisi ketiga dari American Geosciences Institute. Penelitiannya tersebut berjudul “Hutan Bambu sebagai Tanggul Alami Penahan Aliran Piroklastik di Gunung Merapi”.
Azizah mengatakan bahwa masyarakat di sekitar merapi percaya bambu dapat memberi peringatan sebelum erupsi. Akan terjadi perubahan alam berupa peningkatan temperatur udara dan di dalam tanah sekitar merapi yang membuat hewan-hewan turun gunung. Hal itu terjadi sebelum merapi memuntahkan isi perutnya. Azizah menjelaskan bahwa peningkatan temperatur yang membuat bambu tersebut pecah sehingga menimbulkan bunyi yang digunakan oleh warga lokal sebagai peringatan dini. Dari penelitiannya tersebut, ia juga mendapatkan fakta bahwa bambu dapat digunakan untuk mengalihkan arus awan panas yang membawa material vulkanik.
Baca : Gita Soraya Dan Tim Mengembangkan Alat Diagnostik Parasit Malaria di Melbourne
Pelajar selanjutnya yang mendapatkan penghargaan adalah Bagus Putra dan Made Prasanta dari SMA Negeri Bali Mandara, Indonesia. Mereka ternyata pemenang Medali Emas OPSI Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI. Bagus dan Made mendapatkan Special Awards pada posisi ketiga dari American Meteorological Society. Karya penelitian mereka adalah “Smart Digital Psychrometer untuk Meramal Cuaca Lokal”.
Tahun 2017 ini, LIPI mengirimkan lima karya penelitian yang melibatkan tujuh pelajar SMA sebagai finalis Intel-ISEF, dua pelajar SMA sebagai pengamat (observer) dan satu siswa SMP. Siswa SMP tersebut merupakan perwakilan Indonesia di ajang Intel International Broadcom Master. Acara tersebut adalah ajang pengenalan sains bagi remaja di bawah usia 15 tahun.
Keikutsertaan Indonesia di ajang Intel ISEF adalah bentuk kerjasama yang erat antara pemerintah, pihak swasta, maupun pihak terkait dalam mendidik remaja Indonesia dengan memberikan mereka wawasan dan pengalaman internasional, kata Nur Tri Aries S sebagai Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI.
Nur Tri Aries S juga turut mendampingi para pelajar tersebut berharap kompetisi seperti Intel-ISEF ini dapat meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap dunia penelitian. Kita harus bangga kepada anak Indonesia dan 4 peneliti remaja Indonesia tersebut harus dijadikan contoh untuk memupuk semangat anak bangsa. Hidup Indonesia ^_^
Baca Juga :
Taman Sains Dan Teknologi Nasional LIPI Cibinong
Menumbuhkan ‘Jantung Manusia’ pada Bayam
Bakteri Sudah Kebal Terhadap Antibiotik