Serba-Serbi

5 Bahan Kimia Rumah Tangga Yang Berbahaya Bagi Kesehatan

Dunia modern ini penuh dengan racun lingkungan. Diperkirakan ada lebih dari 80.000 bahan kimia rumah tangga yang berbahaya bagi kesehatan dan rutin digunakan dalam rumah tangga warga Amerika Serikat. Diketahui, ada lebih dari 500 bahan kimia yang tersimpan dalam tubuh setiap individu. Setidaknya, rata-rata orang memiliki tujuh pestisida yang telah diuji dan ditemukan dalam urin mereka.

Sangat penting untuk meminimalsir penggunaan bahan kimia berbahaya untuk menjaga kesehatan kita. Sayangnya, banyak dari kita yang menggunakannya dengan menyemprot, menggosok dan bahkan memakannya setiap hari.

5 Bahan Kimia Rumah Tangga Yang Berbahaya Bagi Kesehatan

Ada ribuan bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam produk-produk rumah tangga yang biasa digunakan setiap hari. Fatalnya, produk-produk ini berbahaya bagi kesehatan karena dapat mempengaruhi neurologi, sistem endokrin (hormon), sistem kekebalan tubuh dan jalur detoksifikasi.

Bukan hanya itu saja, bahan-bahan berbahaya ini juga dapat terakumulasi dalam sistem tubuh selama bertahun-tahun yang dapat  mengubah fisiologi dan ekspresi genetik. Lima bahan kimia rumah tangga ini adalah agen deterjen berbusa, shampoo, sabun, dan pasta gigi, serta produk kecantikan lainnya.

Kenali-Bahaya-Bahan-Kimia-Dalam-Kosmetik-Kita

Lima dari berbagai jenis bahan kimia rumah tangga yang membahayakan manusia termasuk phthalates, parabens, lauril natrium sulfat, warna buatan dan triclosan. Berikut penjelasan lengkap yang LabSatu sajikan khusus untuk kamu.

1. Phthalates

Dijuluki sebagai ‘gender benders‘, bahan kimia ini dapat menyebabkan laki-laki menjadi feminin. Phthalates juga membuat pubertas datang lebih awal, masalah kesuburan, dan bahkan cacat lahir.

Phthalates adalah kelompok bahan kimia yang digunakan dalam ratusan produk, yang menawarkan elastisitas dan kelembutan dari plastik. Phthalates umumnya meliputi dibutil ftalat (DBP), dimetil ftalat (DMP), dan dietil ftalat (DEP). Mereka ditemukan di cat kuku, parfum, lotion, semprotan rambut, dan berbagai kosmetik wangi lainnya. Perlu dikhawatirkan juga bahwa bahan kimia yang digunakan dalam banyak produk kosmetik juga ditemukan di bungkus plastik, perabotan kayu, pelumas, insektisida, dan deterjen.

2. Parabens

Bahan kimia yang satu ini biasa digunakan sebagai pengawet dalam banyak produk kosmetik. Bahan kimia rumah tangga ini antara lain termasuk makeup, lotion, produk rias, dan produk perawatan kulit lainnya.

kosmetik

Penelitian telah menunjukkan bahwa paraben dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker payudara. Paraben diserap melalui kulit dan telah diidentifikasi dalam sampel biopsi dari tumor payudara. Bahan kimia ini juga memiliki dampak negatif pada fungsi reproduksi dalam tubuh.

3. Sodium lauryl sulfate

Penggunaan bahan kimia Sodium Lauryl Sulfate dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Hal ini juga dapat menjadi karsinogen bila dikombinasikan dengan bahan kimia beracun lainnya.

4. Pewarna Buatan

Diketahui bahan kimia yang satu ini berasal dari sumber minyak bumi atau tar batubara. Bahan kimia berbahaya ini digunakan untuk mensintesis warna buatan dan mungkin memiliki FD & C atau D & C pada label mereka serta diikuti dengan nomor. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bahan kimia ini menghasilkan warna buatan dianggap beracun dan karsinogenik, dan mereka bahkan dapat berkontribusi untuk ADHD.

5. Triclosan

Sudah jelas mengenai produk yang mengandung bahan kimia triclosan. Bahan kimia ini sering ditemukan dalam sabun antibakteri, pasta gigi, dan deodoran. Tujuannya adalah untuk membatasi pertumbuhan bakteri. Bahan ini diklasifikasikan sebagai pestisida! Tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan kerusakan, tetapi juga dapat berdampak negatif pada hormon.

Jika tidak ingin sistem hormonmu terganggu, maka hindari pemakain triclosan. Adapun beberapa hormon itu antara lain hormon yang mengatur metabolisme, tiroid dan dapat mengganggu perkembangan payudara secara  normal. Meluasnya penggunaan triclosan juga dapat berkontribusi untuk resistensi bakteri terhadap agen antimikroba.

Sumber: Natural News