Produk Inovatif Ramah Lingkungan
Inilah enam produk inovatif ramah lingkungan yang dapat membantu menyelamatkan planet bumi menurut Business Insider. Produk terdiri dari Ooho, air minum dalam kemasan yang wadahnya dapat dimakan hingga tempat sampah mengambang.
1. Kantong Plastik yang Larut Dalam Air
Avani perusahaan StartUp di Bali, Indonesia memproduksi berbagai wadah plastik 100% biodegradable yang berasal dari pati singkong. Wadah plastik yang dibuat oleh perusahaan tersebut dapat larut dalam air hangat dengan cepat (± 1 menit) dan bahkan aman dikonsumsi. Namun demikian, wadah plastik tersebut tidak mudah rusak jika dibandingkan dengan wadah plastik biasa.
Pembuatan wadah plastik dari singkong terinspirasi dari banyaknya tumpukan sampah plastik di pantai Bali. Banyaknya tumpukan sampah di pantai Bali itu menyebabkan citra Bali yang dikenal sebagai surga pulau tropis dengan pantainya yang berpasir putih menjadi hancur. Kini bali dikenal sebagai sumber sampah plastik terbesar kedua yang ditemukan di lautan dunia.
Perusahaan tersebut bertujuan untuk membantu merehabilitasi pantai di Bali dengan menawarkan alternatif wadah plastik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saat ini, perusahaan tersebut telah memproduksi berbagai wadah plastik 100% biodegradable seperti cangkir, sedotan, kantong plastik dll.
2. Ooho, Air Minum Dalam Kemasan yang Wadahnya Dapat Dimakan
Ooho merupakan air minum dalam kemasan namun dengan wadah yang dapat langsung dikonsumsi. Selain dapat dikonsumsi, wadahnya pun sederhana, murah, tidak mudah pecah, higienis, serta mudah terdegradasi. Wadah Ooho terbuat dari bola air yang sebelumnya telah dibekukan lalu diselimuti dengan suatu membran yang terbuat dari sodium alginat dari alga coklat dan kalsium klorida. Wadah tersebut akan mulai membusuk dan terdegradasi 4-6 minggu setelah waktu diproduksi. Inovasi air minum dalam kemasan tersebut telah mendapatkan penghargaan senilai 22,500 dollar di Eropa dan akan diproduksi massal untuk even-even olahraga pada tahun 2018.
3. Larva Lalat Buah sebagai Sumber Protein Hewani
Eran Gronich pendiri dan CE0 FlyingSpArk, startup teknologi makanan mengembangkan ekstrak bubuk dan minyak serangga sebagai sumber protein alternatif yang berpotensi menjadi pengganti daging, unggas dan ikan . Perusahaan tersebut terinspirasi dari trend makanan serangga yang saat ini sedang berkembang. Larva lalat buah dikembangkan sebagai makanan alternatif karena dinilai memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan serangga lainnya.
Larva lalat buah tidak memiliki sayap, antena dan mata sehingga lebih mudah dan efisien untuk diolah. Selain itu, lalat buah juga memiliki umur pendek lebih pendek dibanding serangga lainnya yaitu enam hari. Kelebihan lainnya yaitu mereka mudah dikultivasi, murah, berkelanjutan dan tidak menghasilkan gas rumah kaca. Nilai gizi yang dikandungnya pun dapat disesuaikan dari makanan yang mereka makan.
Meskipun tidak dapat digunakan sebagai pengganti daging, larva lalat buah diharapkan dapat menjadi bagian dari makanan manusia di masa depan. Bubuk protein lalat buah buah juga diharapkan dapat membantu mengatasi krisis pangan global yang kian memburuk.
4. Litter of Light
Litter of Light merupakan proyek yang dibuat untuk membantu masyarakat miskin di seluruh dunia membuat lampu menggunakan botol plastik bekas. Lampu tersebut dibuat dengan cara mengisi botol dengan air dan pemutih. Kemudian botol tersebut diletakkan sedemikian rupa di atap rumah sehingga dapat membiaskan sinar matahari di siang hari. Botol tersebut juga dapat digunakan sebagai lampu pada malam hari dengan cara menambahkan panel surya mikro di dalamnya.
Proyek ini dimulai di Filipina pada tahun 2012 dan kini telah menyebar ke lebih dari 15 negara. Sejauh ini Litter of Light telah menyinari lebih dari 850.000 rumah dan bertujuan mencapai hingga 1 juta rumah pada tahun 2018.
5. Waterotor yang Dapat Memanen Energi Hijau Dalam Aliran Air
Sebuah perusahaan asal Kanada merancang sebuah turbin air yang dapat memanen energi dalam air yang bergerak lambat. Waterotor dapat bekerja dalam arus setinggi 2 mph yang berarti bisa digunakan di hampir sungai, kanal, atau arus laut. Perusahaan tersebut percaya bahwa “Waterotor” dapat menjadi solusi bagi 1,3 miliar orang di dunia yang hidup tanpa listrik.
6. Proyek Seabin
Perusahaan teknologi Finlandia Wärtsilä, membuat suatu proyek yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan penumpukan sampah di lautan. Andrew Turton penggagas proyek tersebut menciptakan tempat sampah yang dapat mengambang di lautan. Selama empat tahun, Turton dan rekan-rekannya mengembangkan sebuah alat penyedot sampah yang dapat mengambang di tengah lautan. Akhirnya pada 9 Mei 2017, SeaBin pertama dipasang di sebuah dermaga di pulau Uunisaari, di Helsinki Eropa Utara.
Prinsip kerja alat tersebut cukup sederhana yaitu dengan menyedot sampah ke SeaBin lalu sampah-sampah tersebut terkumpul di dalam tas jaring sementara air laut dipompa keluar. Alat tersebut dinilai aman karena SeaBin membuat ikan-ikan menjauh darinya. Meskipun ada ikan yang ikut tersedot, ikan tersebut akan tetap hidup dan dapat dilepaskan ketika tas jaring SeaBin dikosongkan.
Kedepannya, SeaBin akan didukung oleh sumber energi berkelanjutan seperti matahari, gelombang atau angin. Sumber energi yang digunakan SeaBin akan disesuaikan berdasarkan sumber energi yang melimpah pada lingkungan tersebut. SeaBin diharapkan mampu membuang 8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya.
Sumber : uk.businessinsider.com