Pengganti Penggunaan Pestisida Kimia
Penggunaan pestisida kimia kini telah menjadi isu permasalahan lingkungan yang mengkhawatirkan. Pestisida kimia tidak hanya menyebabkan kerusakan lingkungan tetapi juga dapat meninggalkan residu pestisida pada bahan pangan yang berbahaya pada kesehatan. Hal tersebut mendorong ilmuan untuk mengembangkan tanaman transgenik yang dapat mengendalikan hama. Sebenarnya penggunaan tanaman transgenik bukanlah suatu hal yang baru seperti jagung dan kapas transgenik. Tanaman jagung dan kapas tertentu dapat menghasilkan racun protein dari bakteri Bacillus thuringensis (Bt) yang dapat meracuni cacing, kumbang, dan ngengat jenis tertentu. Kali ini, ilmuan menemiliki inovasi baru dengan mengembangkan interferensi RNA. Interferensi RNA dapat digunakan untuk menonaktifkan gen penting yang digunakan untuk hidup dan bereproduksi pada hama tanaman.
Menurut Ralph Bock (Direktur Max Planck Institute of Molecular Plant Physiology, Jerman), pengendalian hama menggunakan interferensi RNA dinilai lebih ekonomis daripada penggunaan tanaman transgenik sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan biaya dikeluarkan hanya digunakan untuk pengembangan varietasnya saja tanpa perlu aplikasi insektisida tambahan. Selain lebih ekonomis, penggunaan interferensi RNA juga dinilai lebih efisien karena hanya akan membunuh hama yang ditargetkan. Berbeda halnya dengan pestisida kimia seperti organofosfat yang dapat membunuh hama nontarget.
Menurut David Heckel (Direktur Max Planck Institute of Chemical Ecology, Jerman), pembuatan tanaman transgenik dengan metode interferensi RNA juga dinilai akan lebih aman dibanding tanaman transgenik sebelumnya. Tanaman transgenik yang menghasilkan racun protein berisiko menyebabkan alregi pada orang-orang tertentu yang memakannya. Pembuatan tanaman transgenik menggunakan interferensi RNA tidak melibatkan proses sintesis protein melainkan hanya menghasilkan RNA yang lebih banyak.
Namun demikian penggunaan interferensi RNA untuk pembuatan tanaman transgenik baru masih banyak memiliki kendala dalam proses pengembangannya. Kendala tersebut antara lain yaitu ilmuan belum menemukan cara untuk mengubah genom kloroplas dari biji-bijian seral seperti padi dan jagung menjadi fragmen RNA yang dapat menonakifkan gen esensial pada hama tingkat tinggi. Selain itu, hama tanaman juga memiliki mekanisme perlindungan yang dapat menghancurkan material genetik asing yang masuk ke dalam tubuh mereka.
Meskipun memiliki banyak kendala dalam proses pengembangannya, Bock dan Heckel optimis bahwa penggunaan tanaman transgenik dengan metode interferensi RNA dapat dimulai 6-7 tahun yang akan datang. Mereka berharap dengan inovasi baru ini, pertentangan dalam penggunaan tanaman transgenik dapat diredam jika dilihat dari sisi ekonomis dan keefisienannya dalam membunuh hama target.
Sumber:
www.sciencedaily.com
Jiang Zhang, Sher Afzal Khan, David G. Heckel, Ralph Bock. Next-Generation Insect-Resistant Plants: RNAi-Mediated Crop Protection. Trends in Biotechnology, 2017; DOI: 10.1016/j.tibtech.2017.04.009