Sejumlah Orang Lebih Rentan Terkena Infeksi C. difficile yang Mematikan
Clostridium difficile merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit ringan seperti diare hingga penyakit parah seperti peradangan berbahaya di usus besar. Infeksi C. difficile biasanya muncul setelah konsumsi antibiotik dalam jangka panjang.
Penelitian pada tikus menunjukan bahwa gangguan keseimbangan mikroba usus menyebabkan patogen di usus berkembang. C. difficile merupakan pathogen opportunis yang akan berkembang ketika kondisi yang mereka butuhkan hadir.
Pada tikus, gangguan terhadap komposisi mikroba di usus mempengaruhi stadium infeksi C. difficile. Gangguan semacam itu memungkinkan patogen berkembang lebih cepat karena menyediakan lebih banyak asam amino proline untuk dimakan pathogen tersebut. Para peneliti melaporkan hasil penelitian tersebut pada 24 Oktober di Science Translational Medicine.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memperkirakan pada tahun 2015 bahwa lebih dari 148 di 1.000 orang terinfeksi C. difficile. Infeksi seperti ini biasanya terjadi setelah seseorang minum antibiotik, yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba usus.
Baca Juga : Kapsul Obat dari Feses Manusia Efektif untuk Mengobati Infeksi Saluran Pencernaan Akut
Purna Kashyap, Gastroenterologist dari Mayo Clinic di Rochester, Minn., dan rekannya melakukan percobaan transplantasi feses ke tikus dari orang-orang yang memiliki mikroba usus normal dan terganggu. Tikus yang mendapat transplantasi dari orang dengan mikrobioma usus normal mampu melawan atau mengendalikan infeksi C. difficile lebih baik daripada tikus yang mendapat transplantasi dari orang-orang dengan keseimbangan yang terganggu.
Keseimbangan mikroba yang berubah menyebabkan peningkatan asam amino tertentu di usus, terutama prolin. Para peneliti menemukan bahwa C. difficile dapat menggunakan prolin sebagai sumber makanan utamanya, Hal tersebut memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan mikroba yang tidak mengkonsumsi asam amino dengan mudah. Tikus yang diberi chow tikus pro-tikus kekurangan bakteri C. difficile di usus mereka sebagai tikus pada diet normal.
Menurut Kashyap, transplantasi feses lebih efektif dalam mengontrol tingkat C. difficile tikus di bawah kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa probiotik yang mengandung bakteri pemakan prolin lain mungkin melebihi C. difficile, dapat membantu memulihkan keseimbangan mikroba usus.
Sumber: www.sciencenews.org