Anggapan Keliru Tentang Susu
Banyak masyarakat mengira kalau susu hanya untuk dikonsumsi oleh anak-anak untuk pertumbuhannya. Bahkan, beberapa pihak menganggap susu penyebab kegemukan. Tetapi, benarkah demikian? Tulisan ini akan membahas beberapa anggapan keliru mengenai susu beserta faktanya.
1. Susu Bubuk Lebih Bergizi dari pada Susu Cair
Fakta :
Di seluruh dunia, jumlah konsumsi susu cair selalu lebih tinggi ketimbang susu bubuk. Hanya di Indonesia, jumlah konsumsi susu cair lebih rendah dibandingkan susu bubuk. Fenomena aneh ini sangat berkaitan dengan warisan sejarah masa lampau, dimana bantuan susu dari luar negeri selalu dalam bentuk bubuk, sedangkan industri susu cair di Indonesia belum ada pada saat itu. Warisan masa lalu tersebut sangat membekas, sehingga timbul anggapan bahwa susu bubuk lebih bergizi dibandingkan susu cair. Susu bubuk adalah susu yang dibuat dengan cara memanaskan susu cair sampai kering dan berbentuk bubuk. Biasanya, pembuatan susu bubuk menggunakan alat berupa spray drier. Susu bubuk bisa berupa susu skim, susu full cream atau whole milk. Cara proses pengolahan tersebut tentu menyebabkan terjadinya penurunan nilai gizi. Susu cair segar mengandung zat gizi dengan komposisi dan mutu yang lebih baik. Kesadaran akan pentingnya nilai gizi susu bagi kesehatan, merupakan alasan mengapa konsumsi susu cair di seluruh dunia lebih tinggi daripada susu bubuk.
2. Susu Hanya Dibutuhkan oleh Bayi
Kebutuhan protein tertinggi terdapat pada masa bayi dan balita. Hal ini karena bayi dan balita dalam masa pertumbuhan. Dalam masa ini, tidak hanya terjadi pembangunan massa tubuh seperti organ-organ, otot dan tulang, tetapi juga pertumbuhan otak. Konsumsi 400 ml susu sapi per hari pada periode emas dapat memenuhi 25% kebutuhan protein harian tubuh. Sedangkan pada remaja, pertumbuhan yang terjadi adalah pembentukan massa tubuh dan pertambahan tinggi badan. Dalam hal ini zat gizi yang diperlukan adalah protein dan kalsium. Konsumsi susu dua gelas sehari (400ml) dapat memenuhi 50% kebutuhan protein tubuh. Pada orang dewasa ternyata membutuhkan protein juga, sebesar 0,8 g protein/kg berat badan per hari yang dibutuhkan orang dewasa bukan untuk membangun massa tubuh seperti masa pertumbuhan, namun lebih kepada pemeliharaan massa tubuh, regenerasi serta perbaikan jaringan-jaringan yang rusak, contohnya saat terjadi luka. Jadi, susu baik dikonsumsi selama masa pertumbuhan dan masa sesudah pertumbuhan. Dengan kata lain, susu tidak hanya “wajib” dikonsumsi bayi, anak-anak, dan remaja, tetapi juga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi orang dewasa karena juga memiliki keuntungan secara biologis terhadap tubuh.
3. Kalsium Susu hanya Penting Bagi Orang Dewasa dan Lanjut Usia
Banyak iklan di televisi yang mempromosikan pentingnya kalsium susu bagi lansia. Pada iklan di tekankan bahwa lansia sangat membutuhkan kalsium susu. Padahal dalam kenyataannya kalsium sangat dibutuhkan oleh segala usia. Kalsium susu merupakan bentuk kalsium yang mudah diserap tubuh, hal tersebut karena keterikatannya sangat rendah dengan matriks bahan pangan (terutama pada protein dan lemak). Kalsium susu merupakan sumber kalsium terbaik bagi anak-anak dan remaja dalam masa pertumbuhan. Kalsium susu yang terdapat pada produk susu berkalsium tinggi merupakan hasil fotifikasi dari susu segar. Hal ini dilakukan sebagai tindakan antisipasi terhadap penurunan daya serap seiring dengan meningkatnya usia. Tetapi tidak hanya lansia yang membutuhkan kalsium dari susu, kalsium sangat penting untuk anak-anak dan remaja dalam masa pertumbuhannya.
4. Lemak Susu Menyebabkan Kegemukan dan Tinggi Kolesterol
Susu segar dan produk-produk turunannya (keju, cream, mentega, es krim) sangat di kenal kandungan lemaknya. Setengah dari total energi yang dihasilkan susu berasal dari lemaknya. Lemak inilah sering di kambing hitamkan sabagai penyebab penyakit kardiovaskular, dan hipertensi. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena asupan energi dari asam lemak jenuh hanya sekitar 10% dari asupan total energi. Substansi yang sebenarnya menyebabkan kenaikan kolesterol darah adalah asam lemak C12 (asam laurat), C14 ( asam miristat) dan asam 16 ( asam palmitat). Ketiga asam lemak tersebut menempati hanya 35% dari total lemak susu. hal ini menunjukan bahwa sekitar 65% asam lemak susu tidak memiliki efek kesehatan yang buruk. Lemak susu tersusun atas sekitar 10% asam lemak rantai pendek dan sedang (C4-C10). Komposisi ini sangat mendukung, karena dapat memberik keuntungan terhadap peningkatan bioavailabilitas terhadap karotenoid dan vitamin larut lemak(vitamin A,D,E dan K). Dengan demikian, tubuh tidak akan mengalami defisiensi vitamin larut lemak. Kolesterol merupakan bentuk lipida yang terkandung dalam pangan, terutama yang berasal dari hewan. Kolesterol memiliki fungsi dalam tubuh diantaranya adalah sebagai komponen penyusun plasma membran sel. Kolesterol juga merupakan komponen penyusun hormon–hormon reproduksi. Susu memang mengandung lemak dan koleterol tetapi tidak minumbulkan dampak buruk. Kadar kolesterol pada susu sapi hanya 13 mg/100ml angka tersebut masih lebih rendah dibanding kolesterol produk hewan lain. Penyakit akibat lemak tinggi atau penyakit degeneratif akibat kolesterol tinggi dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang seimbang dan olahraga, bukan dengan menjauhi konsumsi susu.
5. Susu Menyebabkan Diare
Diare yang dialami pada sebagian orang akibat intoleransi terhadap laktosa susu merupakan keadaan yang tidak permanen. Diare bukan disebabkan oleh susu yang dikonsumsi, melainkan disebabkan oleh kondisi sistem pencernaan yang terkadang tidak kompatibel dengan zat gizi yang dikonsumsi. Intoleransi terhadap laktosa merupakan keadaan yang dapat ditangani dan dapat dihindari.
Refrensi :
- astawan,made. 2008. Sehat dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya
- linisehat.com