Berita

Aplikasi Mobile untuk Mendekteksi Nyamuk Penyebab Malaria

Aplikasi Mobile untuk Mendekteksi Nyamuk Penyebab Malaria

Pada tahun 2016, wabah penyakit malaria merenggut nyawa 445.000 orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 90% terjadi di Afrika sub-Sahara. Peristiwa tersebut melatarbelakangi seorang peneliti Artificial intelligence asal Univesitas Oxford untuk mengembangkan aplikasi yang mampu mendeteksi suatu jenis nyamuk. Pengembangan aplikasi ini bertujuan untuk mencegah timbulnya wabah malaria dengan cara mengidentifikasi suatu jenis nyamuk melalui dengungannya.

Melalui aplikasi tersebut kita akan mendapatkan peringatan dini ketika terdapat nyamuk di sekitar kita. Setelah peringatan itu muncul, kita akan mendapatkan informasi mengenai jenis nyamuk berdasarkan ciri khas dengungannya dan memberi tahu apakah nyamuk tersebut pembawa malaria atau tidak. Dengan aplikasi itu kita juga dapat mengetahui penyebaran nyamuk pembawa malaria secara real time sehingga kita dapat berhati-hati ketika berada pada daerah-daerah tertentu.

Baca : Kenapa Nyamuk Lebih Menyukai Menghisap Darah Orang-orang Tertentu?

Menurut tim peneliti dari Oxford, aplikasi tersebut dibuat dengan cara mengumpulkan tanda tangan audio nyamuk di seluruh dunia. Sistem peringatan dini dalam aplikasi tersebut dibangun oleh tim peneliti dari Oxford dengan cara mengumpulkan tanda tangan audio nyamuk dari laboratorium, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, unit penelitian tentara di Kenya dan para ilmuwan yang bekerja di hutan Thailand.

Setelah tanda tangan audio nyamuk terkumpul, peneliti kemudian mengubah sinyal audio tersebut menjadi fitur frekuensi dan melatih algoritme untuk mempelajari pola tanda tangan audio yang dibuat oleh nyamuk ketika sedang terbang. Terdapat lebih dari 3.000 spesies nyamuk di dunia, namun hanya terdapat 50 spesies nyamuk dengan genus Anopheles pembawa penyakit malaria pada tingkat yang berbahaya.

Baca : AS Setujui Pelepasan Nyamuk Pembunuh di 20 Negara Bagian

Menurut Yunpeng Li, peneliti asal  machine learning di Oxford University aplikasi tersebut tidak hanya digunakan untuk menghindari orang-orang dari gigitan nyamuk pembawa malaria tetapi juga dapat digunakan untuk membangun peta populasi nyamuk secara real-time. Selain itu, aplikasi tersebut juga dapat membantu para ilmuwan di lapangan untuk mengidentifikasi nyamuk dengan lebih mudah.

Pada uji coba pendahuluan, diketahui bahwa aplikasi tersebut mampu mendeteksi keberadaan nyamuk pada jarak 10 cm bergantung dari kebisingan lingkungan. Aplikasi tersebut akan lebih efektif jika diletakkan pada area yang menarik bagi nyamuk seperti di samping lampu.

Sumber : www.theguardian.com