Buaya Mendengar Musik Klasik ?
Coba bayangkan, pernahkah kalian melihat reaksi buaya yang sedang mendengarkan musik klasik? Kira – kira apa yang akan terjadi ya?
Menurut hasil penelitian yang dikaji oleh para peneliti di barat, mereka menemukan bahwa hewan karnivora pemakan daging ini, yaitu buaya akan memiliki gelombang frekuensi yang sama dengan burung ataupun hewan mamalia lainnya saat diperdengarkan alunan musik yang terdengar kompleks.
Dilansir melalui ScienceDaily, penelitian ini dipimpin oleh Dokter Felix Ströckens dari Departemen Biopsychology di universitas bernama Ruhr-Universität Bochum (RUB). Para tim peneliti ini telah menemukan jawaban atas teka – teki membingungkan dibalik tingah laku buaya tersebut.
Awalnya, para peneliti menguji satu hewan reptil dengan menggunakan MRI scanner (sebuah alat lab sains yang digunakan untuk scan, seperti halnya X-Ray). Kemudian para peneliti menemukan stimulus yang kompleks setelah otak buaya tersebut dipicu dengan alunan musik klasik. Ada jajaran pola atau pattern yang ditemukan serupa dengan bekerjanya otak burung dan mamalia lainnya. Hal ini dianggap sebagai sebuah evolusi.
Hasil dari penelitian ini lalu didokumentasikan di dalam sebuah jurnal yang diterbitkan di the Journal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences pada tanggal 25 April 2018 lalu.
Buaya termasuk jenis hewan vertebrata yang langka, dan bentuknya belum berubah semenjak 200 juta tahun yang lalu. Wow, bayangkan saja betapa pentingnya eksistensi hewan yang harus dilindungi ini. Menurut sejarah, buaya memilik kaitan dengan spesies keturunan hewan dinosaurus, dan juga burung pada jaman sekarang.
“Analisis terhadap otak buaya telah membuka jawaban atas evolusi dari sistem jaringan dalam hewan mamalia yang dapat membantu kami memahami bagian struktur otak dan tingkah laku seperti apa yang saling berhubungan,” jelas Dokter Felix Ströckens.
Kelompok peneliti asal Iran, Afrika Selatan, Perancis, dan Jerman sedang mempelajari cara bekerja dari otak buaya secara objektif. Mereka mencoba mengetahui bagaimana sebuah informasi dapat masuk ke dalam otak buaya. Sampai detik ini, mereka mencoba dengan cara scan dengan alat MRI. Sebuah metode yang secara rutin digunakan untuk mendiagnosis dan meneliti, dimana sebelumnya belum pernah digunakan terhadap hewan reptil tersebut.
“Pada langkah awal, kami harus mengalami beberapa masalah teknis,” ucap salah satu anggota penelitu, Mehdi Behroozi. “Contohnya saja, kami harus menyesuaikan alat scanner dengan fisiologi buaya tersebut, dimana ukurannya sangatlah berbeda dari hewan mamalia dalam beberapa aspek.”
Selanjutnya, para peneliti mencoba menunjukkan beberapa visual dan audio sebagai stimulus pada buaya itu, termasuk memperdengarkan musik klasik karya Johann Sebastian Bach. Kemudian, mereka mengukur aktivitas yang terjadi pada otak hewan itu. Hasilnya, ada perkembangan saraf yang aktif pada beberapa bagian otak buaya. Pola atau pattern yang ditemukan serupa dengan penelitian terhadap mamalia dan burung.
Para peneliti beranggapan bahwa jaringan sistem saraf otak yang disitumuli tersebut menghasilkan mekanisme sensor, dimana hasil penelitian ini dapat membantu mereka memahami sejarah awal dari penciptaan hewan vertebrata.
Reaksi dari hewan buaya tersebut seperti halnya juga manusia, pada saat kita mendengar musik klasik, kita juga menjadi sangat tenang dan kepala terasa segar.
Dengan bantuan alat MRI dalam menguji reaksi tenang dari si buaya, dan untuk pertama kalinya di dunia, maka para peneliti mau memberi tahu bahwa demonstrasi metode memperdengarkan musik klasik dapat berpengaruh bagi organisme. Tentunya, dengan suksesnya penelitian ini, maka teknologi alat tersebut dianggap aman untuk digunakan pada spesies hewan lainnya demi kepentingan penelitian yang lebih mendalam.