Begini Cara Seimbangkan Hormon Kortisol Si Penyebab Stres
Kortisol merupakan hormon utama penyebab stres yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Hormon ini bertanggung jawab dalam menangani sumber stres di dalam tubuh, baik fisik maupun mental. Selain itu, hormon ini juga berdampak pada beberapa kondisi tubuh seseorang seperti kewaspadaan, konsentrasi, tidur, nafsu makan, metabolisme energi dan penyimpanan lemak.
Pada pria dan wanita, kortisol juga mempengaruhi karakter fisik, kesehatan kognitif, berat badan, kesuburan, kesehatan jantung, gula darah dan juga suasana hati. Meskipun dalam jangka pendek kortisol sangat membantu untuk mengatasi stres akut, namun dalam kadar yang tinggi kortisol dapat memberikan banyak konsekuensi negatif.
Ketika Anda sangat tertekan, maka tubuh Anda akan memproduksi lebih banyak kortisol, yang juga dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk memproduksi hormon lain, termasuk estrogen, progesteron, dan testosteron. Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan gejala negatif, seperti insomnia, migrain, dan perubahan suasana hati yang sangat parah.
Tingkat kortisol yang tinggi dikaitkan dengan stres kronis yang menyebabkan kacaunya pola tidur. Selain itu, kadar kortisol pagi yang tinggi di dalam tubuh juga dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun, bermasalah dengan kinerja kerja, dan kerentanan yang lebih tinggi terhadap kecemasan, asupan kalori yang tinggi, kenaikan berat badan, dan depresi.
Untuk menyeimbangkan kadar kortisol yang tinggi, beberapa langkah dapat dilakukan seperti
- Mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran yang kaya akan antioksidan.
- mengoonsumsi asam lemak omega-3 yang dapat berasal dari ikan seperti salmon, sarden, atau mackerel.
- Mengonsumsi makanan tinggi yang kaya akan vitamin C seperti sayuran hijau atau buah jeruk.
- Mengonsumsi makanan probiotik, rempah-rempah dan lemak sehat seperti minyak kelapa.
- Mencoba konsumsi herbal adaptogen seperti ashwagandha, ginseng, rhodiola, dan jamur obat.
- Mengonsumsi makanan kaya vitamin B seperti telur, unggas, kacang, biji-bijian, gandum utuh, dan makanan yang mengandung ragi.
Sumber : www.healthline.com