Bio Farma Targetkan Pertumbuhan 10% dengan Meningkatkan Produksi Vaksin
Dilansir melalui Bisnis.com, PT Bio Farma menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun 2018 sebesar 10% menjadi Rp 3,3 trilliun rupiah. Target peningkatan pendapatan tersebut akan dicapai melalui peningkatan kapasitas produksi. Menurut Juliman, Plt Direktur Utama Bio Farma, tahun lalu produksi vaksin perusahaan mencapai 2 milliar dosis dengan estimasi pendapatan sebelum audit Rp 3 trilliun, pada tahun ini diharapkan pertumbuhan pendapatan minimal 10%. Rencana pencapaian target tersebut akan dilakukan dengan mengembangkan fasilitas baru untuk menopang peningkatan produksi.
Bio Farma merupakan produsen vaksin satu-satunya di Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma diantaranya adalah vaksin difteri, polio dan campak dengan total produksi 2 miliar dosis untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Saat ini produk vaksin Bio Farma telah menjangkau 136 negara di dunia. Perusahaan tersebut juga memasok kebutuhan vaksin di 50 negara yang tergabung dalam negara perserta Organisasi Konferensi Islam (OKI). Peningkatan produksi akan dilakukan dengan memperkuat tim penelitiannya agar target produksi dapat tercapai dan vaksin yang sebelumnya diimpor dapat diproduksi di dalam negeri. Menurut Juliman alokasi dana untuk biaya penelitian berkisar puluhan hingga ratusan miliar rupiah bergantung seberapa besar kemajuannya untuk mengikuti perkembangan dunia.
Pada tahun 2018, Bio Farma menargetkan 19 juta dosis vaksin difteri dan peluncuran ADS (anti-difteri serum). Semula produksi vaksin difteri hanya mencapai 15 juta dosis namun karena adanya kebutuhan di dalam negeri yang melonjak, produksi vaksin difteri pun tingkatkan. Selain itu, Bio Farma juga berencana akan meluncurkan vaksin untuk penyakit tifoid maksimal pada tahun 2020. Bio Farma juga sedang mengembangkan berbagai antiracun yang diharapkan agar dapat segera diluncurkan.