Lamun (seagrass)
Tentu menjadi sebuah tanda tanya yang unik jika Anda mempertanyakan sesuatu yang nampaknya konyol atau tidak mungkin. Seperti sebuah tanya: dapatkah ikan hidup di darat? Percayakah Anda bahwa ada spesies ikan yang dapat ‘hidup’ di darat? Nyatanya ada! Walaupun dalam rentang waktu tertentu. Tahukah kamu lamun (seagrass)? Yuk, kita bahas dulu!
Bagaimana dengan Lamun (seagrass)? Jangan-jangan, sebagian besar dari Anda, ada yang belum tahu apa itu Lamun? Bahkan bukan tidak mungkin, baru pertama kali mendengar istilah ini. Hemm.. Kalau begitu, mari berkenalan lebih jauh dengan Lamun dan mencari tahu apakah tumbuhan yang hidup di area pesisir pantai ini dapat hidup di air tawar?
Baca : 5 Tumbuhan Kaya Manfaat Yang Bisa Kamu Makan Di Hutan Saat Tersesat
Sekilas Tentang Lamun
Lamun adalah tumbuhan berbiji tertutup (Angiosperm). Tumbuhan yang juga termasuk Anthophyta (tumbuhan berbunga) ini memiliki struktur morfologi berupa daun, batang yang terbenam (rimpang/rhizome), akar, bunga, buah dan biji.
Lamun sangat unik karena cukup toleran pada habitat dengan kadar salinitas yang relatif tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan lamun berhasil beradaptasi di lingkungan bahari, yaitu: 1) Mampu hidup di media air asin; 2) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam; 3) Mempunyai sistem perakaran yang baik, dan 4) Mampu melaksanakan daur generatif dalam keadaan terbenam.
Kemampuan toleransi lamun terhadap kadar salinitas berbeda-beda, tapi sebagian besar berkisar antara 10-40 per mil. Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun adalah 35 per mil.
Sejarah Istilah Lamun
Di Indonesia, seagrass kerap dikenal dengan istilah lamun. Padanan kata lamun ini pertama kali dikenalkan kepada para ilmuwan, peneliti dan akademisi di Perguruan Tinggi oleh Dr. Malikusworo Hutomo, APU dalam disertasinya yang berjudul “Telaah Ekologik Komunitas Ikan pada Padang Lamun di Teluk Banten” pada tahun 1985.
Kata rumput laut sudah digunakan secara umum dan baku bagi tumbuhan algae (seaweed), baik dalam dunia perdagangan maupun dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baku sehari-hari. Sehingga untuk menghilangkan kerancuan dari tumbuhan seagrass dan seaweed , melalui kesepakatan yang tak tertulis khususnya untuk para ilmuwan dan akademisi, maka istilah lamun dipakai untuk tumbuhan seagrass dan rumput laut tetap untuk tumbuhan seaweed.
Namun, pemakaian kata lamun untuk padanan kata seagrass memang sebenarnya kuranglah tepat. Hal ini karena kata seagrass jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti rumput laut. Padahal seagrass bukanlah rumput, bukan pula alga, melainkan tumbuhan akuatik yang berbunga (Anthophyta) yang hidup di dalam laut. Seagrass bukanlah grasses, karena kalau grasses maka masuk dalam Poaceae (famili rumput-rumputan).
Biar bagaimana pun, sejauh ini pemakaian padanan kata lamun untuk seagrass tetaplah yang terbaik untuk meminimalisir kerancuan yang kerap terjadi pada alga yang disebut sebagai rumput laut.
Evolusi Lamun
Mencoba mencari gambaran singkat, mengapa lamun sebagai tumbuhan Angiosperm ‘termarginalkan’. Hal ini mengingat habitat mayoritas Angiosperm di darat.
“Seagrasses evolved approximately 100 million years ago from land plants that returned to the sea in a least three separate lineages or families. The evolutionary adaptations required for survival in the marine environment have led to convergence (similarity) in morphology.” (Len McKenzie, 2008)
Dari keterangan Len McKenzie diatas maka dapat kita ketahui bahwa evolusi lamun terjadi sekitar 100 juta tahun yang lalu. Awal mulanya lamun merupakan tumbuhan darat yang kemudian beralih ke laut. Sebagai konsekuensi dari evolusi, maka lamun ‘dipaksa’ untuk dapat survive jika ingin tetap bertahan hidup. Sebagai bentuk tuntutan dari survival-nya inilah, maka lamun beradaptasi di habitat bersalinitas cukup tinggi.
Informasi tentang evolusi dan distribusi lamun (seagrass) dapat dibuktikan dengan adanya temuan fosil. Catatan fosil ekosistem lamun memang tidak banyak ditemukan, tapi temuan yang ada, cukup untuk menetapkan garis besar, apa yang mungkin terjadi pada evolusi dan distribusinya. Diketahui, pertama kali Angiosperm beralih ke laut sekitar 100 juta tahun yang lalu, pada periode Cretaceous. Fosil yang diketemukan dalam kondisi cukup baik terdiri dari dua genera, Thalassocharis dan Archaeozostera, yang berasal dari Jepang dan Eropa Barat.
Sedangkan untuk temuan terbaru dari genus Posidonia diwakili oleh spesies yang kurang familiar, yaitu Posidonia cretacea. Pada akhir Eosen, sekitar 40 juta tahun yang lalu, genera lamun yang paling modern mengalami evolusi, termasuk Thalassia, Thalassodendron, Cymodocea dan Halodule, sedangkan Enhalus dan Phyllospadix muncul baru-baru ini.
Merunut pada evolusinya, Halophila, Enhalus dan Thalassia (famili Hydrocharitaceae) berevolusi dari ‘nenek moyang’ air tawar.
Menelaah Toleransi Lamun
Merujuk pada kemampuan toleransi lamun pada kadar salinitas cukup tinggi dan sejarah evolusinya, dapat ditarik sebuah hipotesa bahwa lamun dapat hidup di air tawar. Mungkin akan ada ‘pengenal’ lamun yang tidak percaya bahwa lamun dapat hidup di air tawar, oleh karenanya di sini penulis ingin sedikit berbagi dan kalau memang berkenan, hipotesa ini bisa diteliti lebih jauh.
Baca : Sabut Kelapa Solusi Atasi Ancaman Gagal Panen
Peter Hogarth (2007) dalam bukunya yang berjudul Biology of Mangrove and Seagrass mengutip pernyataan Duarte (2001) yang menyatakan bahwa ada sedikit spesies lamun yang hidup di air tawar. Di lain kesempatan, Len McKenzie juga menyebutkan bahwa beberapa lamun dapat bertahan dalam berbagai kondisi meliputi air tawar, muara, laut, atau hypersaline.
Pernyataan ini seolah diperkuat oleh Mellors et al. (1993), Nateekarnchanalarp dan Sudara (1992) yang menyatakan bahwa tidak diketemukan adanya pengaruh salinitas yang berarti terhadap lamun.
Dalam buku yang berjudul Ekosistem Lamun (Seagrass), M. Ghufran (2011) mengutip perkataan Supriharyono (2007) yang menyatakan bahwa adanya limbah air tawar sering diindikasikan dengan tumbuhnya jenis-jenis lamun tertentu yang berlebih ditepian pantai. Hal ini bisa saja mengindikasikan bahwa lamun jenis tertentu yang dimaksud Supriharyono adalah jenis lamun yang ‘suka’ air tawar.
Bahkan sebuah sumber menyebutkan bahwa dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang tumbuh di laut.
Kalau dilihat dari kaca mata evolusi bahwa ‘nenek moyang’ famili Hydrocharitaceae adalah tumbuhan air tawar. Seolah makin menguatkan bahwa memang genus lamun dari famili Hydrocharitaceae yang meliputi Halophila, Enhalus, dan Thalassia mampu hidup di air tawar.
Baca Juga :