FDA Melarang Penggunaan 7 Jenis Perasa Sintesis
Setelah penelitian mendalam dilakukan, akhirnya Food Drug Administration (FDA) resmi melarang sejumlah perasa sintesis makanan yang biasa digunakan dalam es krim kemasan, permen, permen karet dan makanan yang dipanggang. Penelitian menunjukkan bahwa perasa sintetis yang digunakan dalam pembuatan produk-produk makanan tersebut dapat memicu timbulnya kanker pada hewan laboratorium.
Meskipun FDA telah mencabut izin penggunaan salah satu perasa sintetis tersebut, ternyata terdapat enam perasa sintentis lainnya yang masih sering digunakan dalam produk makanan. Adapun perasa sintetis yang izin peggunaannya telah dicabut oleh FDA yaitu benzofenon, etil akrilat, eugenil metil eter, myrcene, pulegone, dan piridin. Perasa sintetis tersebut umumnya digunakan untuk memberikan rasa mint, jeruk dan kayu manis.
Baca: 6 Jenis Pemanis Buatan Ini Sebabkan Bakteri Usus Beracun
Berdasarkan hasil penelitian penelitian dalam laporan toksikologi yang diterbitkan dalam the National Toxicology Program’s Technical Report Series in 2006, diketahui bahwa perasa sintetis dapat memicu timbulnya berbagai kanker, termasuk kanker kemih dan ginjal, darah, dan hati. Benzofenon misalnya, penelitian pada tikus menunjukkan bahwa paparan benzofenon dapat meningkatkan munculnya penyakit seperti leukemia, sarkoma histiocytic, juga sebagai masalah ginjal dan hati. Benzofenon umumnya ditemukan dalam sereal sarapan, makanan yang dipanggang, dan produk susu beku. Sementara itu, pulegone digunakan sebagai perasa peppermint atau spearmint dalam permen mint dan permen karet.
Pada umumnya, perasa sintetis yang telah dilarang tersebut biasanya digunakan dalam dosis yang sangat rendah, dan penggunaannya memeberikan risiko yang rendah. Namun demikian, FDA tidak dapat mengizinkan penggunaan legal dari bahan tambahan pangan yang dpaat menginduksi kanker pada manusia atau hewan pada dosis apa pun. FDA memberi perusahaan watu 24 bulan untuk mengidentifikasi bahan pengganti yang sesuai dan mengubah formula untuk produk mereka.
Sumber: www.webmd.com