Dakar, Senegal , WHO mencatat wabah Ebola kali ini menjatuhkan ribuan korban, terutama di Afrika Barat. Tak ingin kecolongan lagi, sekelompok ilmuwan merancang sebuah ‘laboratorium portabel’ yang dapat mendiagnosis serangan virus mematikan ini hanya dalam waktu singkat.
Selama ini, virus Ebola hanya terdeteksi di tubuh pasien bilamana tim dokter berhasil menemukan materi genetik dari virus tersebut di dalam darah pasien. Hanya saja cara ini sangat rumit karena hanya bisa dilakukan di laboratorium canggih, yang dapat menyimpan sampel darah dan air liur pasien dalam suhu sangat rendah.
Sedangkan di Afrika Barat, lokasi di mana korban Ebola jatuh paling banyak, tidak ditemukan laboratorium yang memadai. Untuk itulah peneliti dari Pasteur Institute, Senegal merasa perlu menciptakan semacam laboratorium mini nan portabel ini.
Sesuai dengan sebutannya, ‘mobile suitcase laboratory’, alat ini berupa tas koper seukuran laptop berisi sejumlah perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan pengetesan virus Ebola. Alat ini juga menggunakan bahan bakar tenaga matahari, serta dapat dipakai di suhu ruangan.
Namun keunggulan utama dari ‘lab portabel’ ini adalah seseorang bisa diketahui tengah terjangkit virus Ebola atau tidak hanya dalam waktu 15 menit saja.
“Alat ini bisa jadi andalan untuk mengelola wabah Ebola yang sedang berlangsung dengan efektif, karena pasien bisa diidentifikasi, diisolasi, dan ditangani secepat mungkin,” tutur Dr Val Snewin dari The Wellcome Trust yang membiayai proyek ini bersama Department for International Development, UK.
Dr Snewin menambahkan alat ini cocok digunakan di rumah sakit-rumah sakit terpencil, di mana suplai listrik dan alat pendingin masih sangat kekurangan. “Bila virusnya dapat terdeteksi lebih cepat, kita bisa mencegah penyebaran virus mematikan ini. Mereka yang terdeteksi sejak dini juga punya peluang hidup lebih besar,” imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (30/11/2014).
Rencananya, ‘lab portabel’ ini akan menjalani ujicoba untuk pertama kalinya dengan ditempatkan di pusat penanganan Ebola di Conakry, Guinea. Guinea merupakan salah satu dari tiga negara dengan korban Ebola terbanyak.
Sejumlah pasien yang sedang dirawat di Conakry akan ambil bagian dalam percobaan ini. Sebagian dites menggunakan metode lama, dan sebagian lagi diperiksa dengan ‘lab portabel’ ini, sehingga hasil keduanya dapat dijadikan perbandingan.
Sumber : health.detik.com