Jamur Sebagai Alternatif Pengganti Pemutih Klorin Pada Pembalut
Tips

Jamur Sebagai Alternatif Pengganti Pemutih Klorin Pada Pembalut

Pengganti Pemutih Klorin

Belum hilang dalam ingatan Kita tentang penggunaan klorin dalam pembalut dan pantyliner. Padahal klorin termasuk bahan berbahaya yang bersifat karsiogenik. Tentu dengan adanya kandungan klorin sangat tidak baik untuk kesehatan dan membuat Anda merasa was-was dalam memilih serta menggunakan pembalut yang ada di pasaran. Sebaiknya kita harus mencari pengganti pemutih klorin pada pembalut. Kira-kira apa ya?

Kegiatan utama dalam perindustrian, terutama industri kertas adalah proses pembuatan bubur kertas (pulping) dan pemutihan. Mayoritas industri tersebut menggunakan bahan kimia untuk pulp dan pemutih.

Baca : 5 Peran Kimia Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Jamur Sebagai Alternatif Pengganti Pemutih Klorin Pada Pembalut

Untuk pembuatan pulp, dibutuhkan suatu zat yang dapat mendegredasi lignin dan proses yang banyak diaplikasikan adalah dengan proses sulfat. Sedangkan untuk pemutih, biasa menggunakan klorin. Padahal, sebagaimana Anda ketahui bahwa klorin merupakan bahan kimia berbahaya yang bersifat toksik. 

Demikian halnya dengan pembuatan pembalut dan pantyliner. Menurut dr M Nurhadi Rahman, SpOG dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, untuk memurnikan rayon (bahan pembalut) yang berasal dari bubur kayu, rayon melalui proses bleaching (pemutihan). Lalu ternyata diketemukan oleh YLKI bahwa pembalut dan pantyliner tersebut mengandung klorin.

Jamur Sebagai Alternatif Pengganti Pemutih Klorin Pada Pembalut

Kayu memiliki kadar lignin yang cukup tinggi karena lignin membungkus polisakarida yang akan berimbas pada kekuatan kayu dan kadar resistensi terhadap serangan mikroba. Lignin merupakan struktur heterogen dan kompleks yang sulit dirombak dalam pembuatan kertas. Sehingga membutuhkan enzim ligninase agar dapat merombaknya.

Pada proses pemutihan atau bleaching, biasanya juga bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin dalam pulp. Dalam proses bleaching dibutuhkan enzim ekstraseluler seperti lakase dan  peroksidase (lignin peroksidase (LiP) dan manganese peroksidase (MnP)).

Menurut Fitri R (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Optimasi Produksi Enzim Lignolitik oleh Isolat A-1 dan G. Lucidum serta Pemurnian Parsial dan Karakteristik Lakase”, menyebutkan bahwa enzim-enzim tersebut dapat mendegradasi lignin dalam proses pemutihan pulp.

Untuk mendapatkan enzim yang berperan dalam proses biopulping dan biobleaching ini dapat menggunakan jamur pelapuk putih seperti apa yang disebutkan oleh Jurasek L.C dan Paice M.G pada 1990 dalam papernya yang berjudul “The Effect of Inoculum on Bleaching of Hardwood Kraft Pulp with Coriolus versicolor”.

Baca : Kadar Klorin Dalam Pembalut Diatur Di Amerika, Bagaimana Dengan Indonesia??

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Agus Supriyanto dari Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB (2009) menyebutkan bahwa jamur pelapuk putih dapat menjadi agen biopulping dan biobleaching. Setidaknya ada dua jenis jamur yang disebutkan dalam penelitiannya yaitu Phanerochaete chrysosporium L1 dan Pleurotus EB9.

Jamur Sebagai Alternatif Pengganti Pemutih Klorin Pada Pembalut

Pleurotus sp

Tawaran menarik lainnya untuk proses bleaching diberikan oleh Elisa Nurnawati dkk dalam penelitiannya yang berjudul Isolasi, “Skrining Dan Identifikasi Jamur Xilanolitik Lokal Yang Berpotensi Sebagai Agensi Pemutih Pulp Yang Ramah Lingkungan”.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Manusia dan Lingkungan, volume 21 pada November 2014 menyebutkan bahwa ada sebuah enzim yang berperan sebagai perlakuan awal proses pemutihan yaitu xilanase. Elisa dkk mengidentifikasi setidaknya ada empat jamur yang berpotensi unggul dalam menghasilkan enzim xilanase yaitu Chaetomium globosum, Penicillium simplicissimum, Aspergillus tamarii dan Monocillium sp. Jamur tersebut diketahui juga memiliki aktivitas lignolitik dan selulolitik.

Jamur Sebagai Alternatif Pengganti Pemutih Klorin Pada Pembalut

Penicillium simplicissimum

Penggunaan biopulping dan biobleaching pada industri kertas tentu bisa diupayakan penerapannya dalam pembuatan pembalut. Penggunaan biopulping dan biobleaching tentu lebih ramah lingkungan dibanding menggunakan bahan kimia yang tidak aman dan toksik. Bukan hanya akan merugikan konsumen tapi juga menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan. Semoga temuan ini dapat terus dikembangkan dan diterapkan dalam perindustrian. Agar tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga aman bagi kesehatan.

 

Baca Juga :

Perbedaan Gelas Ukur dan Gelas Kimia
Alat Gelas Kimia dan Fungsinya di Laboratorium
Alpukat Bisa Sembuhkan Leukimia?!