Amoeba Pemakan Otak
Seorang pria berusia 29 tahun, Fabrizio Stabile meninggal setelah mengunjungi taman berselancar di Waco, Texas. Pria tersebut tewas akibat terjangkit penyakit meningitis yang disebabkan oleh Naegleria fowleri atau amoeba pemakan otak. Tubuhnya mulai tidak sehat dan menderita sakit kepala beberapa hari setelah mengunjungi taman tersebut. Stabile akhirnya tidak dapat bangun dari tempat tidur dan dilarikan ke rumah sakit.
Amoeba adalah organisme bersel tunggal, yang tidak memiliki bentuk yang jelas dan bergerak dengan menekan sitoplasma. Tidak semua jenis amoeba menyebabkan penyakit bahkan pada genus Naegleria itu sendiri tidak menimbulkan ancaman apa pun pada manusia. N. fowleri dapat memasuki tubuh manusia melalui rongga hidung, kemudian amoeba tersebut menempel pada saraf penciuman dan bermigrasi ke otak.
Di otak, amoeba tersebut menyebabkan peradangan yang lebih dikenal sebagai meningitis. Istilah “meningitis” berarti peradangan pada meninges, yiatu selaput yang mengelilingi otak dan tulang belakang. Sayangnya, vaksin meningitis yang tersedia saat ini hanya dapat mengobati meningitis yang disebabkan oleh bakteri. Sementara vaksin untuk mengobati penyakit meningitis yang disebabkan oleh virus, parasite, jamur, dan amoeba saat ini belum tersedia. Meningitis yang disebabkan oleh amoeba seringkali menjadi lebih berbahaya daripada yang disebabkan oleh virus atau bakteri karena belum terdapat pengobatan yang jelas.
Meskipun N. fowleri sering ditemukan di tanah dan air hangat di seluruh dunia, namun Mayo Clinic mencatat bahwa hanya sedikit orang yang terkena meningitis akibat amoeba tersebut. Para ahli belum mengetahui secara pasti, mengapa dari jutaan orang yang terpapar bakteri tersebut hanya sedikit yang terkena penyakit meningitis.
Baca : Daftar 10 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Baik Menggunakan Vaksin
Meningitis Amoeba Sering Berujung Pada Kematian
Gejala penyakit meningitis yang disebkan oleh amoeba sangat mirip dengan meningitis bakterial yaitu sakit kepala, mual, demam, dan leher kaku. Banyak dokter akan berasumsi bahwa gejala tersebut merupakan gejala meningitis bakterial. Atibiotik yang diberikan dokter kemungkinan tidak akan memberikan efek terhadap N. fowleri.
Meningitis yang disebabkan oleh amoeba dapat diindentifikasi dengan cara mewawancarai pasien secara menyeluruh. Selain itu, penyakit tersebut juga ditandai dengan munculnya gejala yang tidak muncul selama seminggu setelah terpapar amuba tersebut.
Sayangnya, Pusat Pengendalian Penyakit mencatat bahwa meningitis amoeba biasanya berkembang pesat dalam 5 hari. selama waktu itu pasien mengembangkan kebingungan, halusinasi, dan kejang.
Lebih dari 95 persen dari orang yang terkena penyakit meningitis amoeba meninggal, dan hanya 27 persen pasien yang didiagnosis dengan benar sebelum pasien meninggal. Sementara itu, hanya sedikit orang yang berhasil selamat.
Tidak banyak dokter yang berhasil mendiagnosa penyakit ini dengan benar, namun ketika mereka telah berhasil mendiagnosanya dengan benar biasanya telah terlambat. Pengobatan awal meningitis amuba biasanya menggunakan kombinasi antifungi dan antibiotik dan obat anti peradangan untuk mengeringkan cairan serebrospinal (sehingga mengurangi tekanan dari pembengkakan otak). Diagnosa yang tepat menjadi sangat penting dalam mengidentifikasi penyakit ini karena perawatan yang dilakukan pada gejala awal penyakit ini meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.
Sumber : www.popsci.com