Penyakit Difteri
Difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae yang menginfeksi nasofaring atau kulit. Strain toksigenik mengeluarkan eksotoksin yang dapat menyebabkan difteri. Gejala difteri meliputi faringitis, demam, bengkak pada leher atau daerah sekitar lesi kulit. Lesi difteri ditutupi oleh pseudomembran yang berwarna abu-abu.
Racun difteri yang memasuki aliran darah dapat menyebabkan komplikasi penyakit yang dapat merusak jaringan vital dan mengancam jiwa. Berikut merupakan sejumlah komplikasi penyakit yang disebabkan oleh racun difteri:
Miokarditis atau Kerusakan Jantung
Miokarditis adalah radang otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung. Semakin besar tingkat infeksi bakteri maka semakin tinggi pula toksisitasnya ke jantung. Miokarditis dapat menyebabkan kelainan yang hanya terlihat melalui monitor jantung dan berpotensi menyebabkan kematian mendadak. Masalah jantung biasanya muncul 10-14 hari setelah dimulainya infeksi namun juga dapat muncul berminggu-minggu setelah infeksi. Masalah jantung yang terkait dengan difteri meliputi:
- Perubahan terlihat pada monitor elektrokardiograf (EKG).
- Disosiasi atrioventrikular yaitu ruang jantung berhenti berdetak bersama.
- Blok jantung lengkap yaitu tidak ada pulsa listrik yang melintas di jantung.
- Aritmia ventrikel yaitu denyut jantung pada bilik bawah menjadi tidak normal.
- Gagal jantung yaitu jantung tidak mampu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi darah yang cukup
Neuritis atau kerusakan syaraf
Neuritis adalah radang jaringan syaraf yang berakibat pada kerusakan syaraf. Komplikasi ini relatif jarang dan biasanya muncul setelah terjadi infeksi pernafasan yang parah akibat racun difteri. Biasanya, kondisinya berkembang menjadi:
- Pada minggu ketiga setelah infeksi penyakit terjadi kelumpuhan langit-langit lunak mulut.
- Setelah minggu ke 5 setelah infeksi penyakit terjadi kelumpuhan otot mata, tungkai, dan diafragma.
- Terakhir, muncul pneumonia dan tidak dapat bernafas karena terjadi kelumpuhan diafragma.
Pencegahan Penyakit Difteri
Vaksinasi merupakan cara yang umum dan paling ampuh untuk mencegah infeksi difteri di hampir semua negara. Vaksin difteri berasal dari racun bakteri Corynebacterium diphtheriae yang telah dimurnikan. Orang dewasa sebaiknya divaksinasi kembali setiap 10 tahun untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap penyakit difteri.
Orang dewasa yang tidak melakukan vaksinasi DPT, infeksi penyakit dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti masalah syaraf, gagal jantung, dan bahkan kematian. Secara keseluruhan, 5-10% orang yang terinfeksi difteri akan meninggal. Angka kematian akan meningkat hingga 20% pada orang yang terinfeksi berusia di bawah 5 tahun atau di atas 40 tahun.
Diagnosis Difteri
Seseorang dengan karakteristik seperti memiliki faringitis yang mencurigakan, terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher, demam ringan, suara serak, kelumpuhan langit-langit mulut, atau stridor (suara bernafas bernada tinggi) sebaiknya pengujian laboratorium harus segera dilakukan. Pengujian laboratorium untuk penyakit difteri dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan dari hidung dan tenggorokan untuk mengisolasi bakteri agar dapat dikultur, diidentifikasi dan diuji toksisitasnya.
Sumber : www.medicalnewstoday.com