Kelelawar Mampu Membawa Virus Mematikan Tetapi Tidak Sakit
Dilansir melalui livescience.com, sebuah penelitian pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa kelelawar mampu membawa lebih dari 60 jenis virus penyakit yang dapat menginfeksi manusia. Baru baru ini, di India sedikitnya 11 orang tewas dan lebih dari 25 orang di rawat di rumah sakit akibat terinfeksi virus Nipah yang diduga dibawa oleh kelelawar.
Beberapa spesies kelelawar buah yang hidup di seluruh Asia membawa virus Nipah dalam tubuhnya. Selama wabah di Bangladesh dari tahun 2001 hingga 2007, kebanyakan orang terjangkit virus tersebut akibat meminum getah kurma mentah yang dibawa oleh kelelawar yang membawa virus.
Selain dapat menularkan virus yang dibawanya pada manusia, kelelawar juga dapat menularkan virus Nipah ke babi dan hewan ternak lainnya, yang kemudian dapat meneruskan infeksi ke manusia. Kemudian manusia dapat menyebarkan virus tersebut melalui air liur dan cairan tubuh lainnya (ScienceNews.org).
Selain virus Nipah, beberapa virus mematikan yang juga dapat dibawa oleh kelelawar yaitu virus SARS, Ebola, virus Marburg, virus Hendra, dan virus East Respiratory Syndrome (MERS). Meskipun dapat menjadi rumah bagi bagi banyak virus penyakit mematikan, kelelawar mampu bertahan dari infeksi virus yang dibawanya. Apa penyebabnya?
Kelelawar Mampu Bertahan dari Infeksi Virus yang Dibawanya
Menurut hipotesis terbaru, kemampuan kelelawar untuk terbang dapat melindungi mereka dari sakit akibat berbagai virus mematikan yang dibawanya, seperti virus Nipah, Ebola dan rabies. Hal itu diduga karena aktivitas terbang yang sering mereka lakukan. Aktivitas terbang diduga menjadi faktor kunci dalam mencegah hewan jatuh sakit, meskipun membawa begitu banyak virus.
Menurut para peneliti, kelelawar meningkatkan pengeluaran energi mereka (tingkat metabolisme) dan suhu tubuh saat terbang sehingga suhu tubuh mereka mirip dengan yang terlihat pada mamalia lain yang mengalami demam (100 hingga 105 derajat Fahrenheit). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas terbang mampu melindungi kelelawar dari infeksi dengan cara yang sama seperti demam pada mamalia. Demam merupakan mekanisme tubuh mamalia dalam meningkatkan respon kekebalan tubuh.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan jurnal Emerging Infectious Diseases dalam edisi Mei, jika tingkat metabolisme tinggi dan suhu tubuh tinggi yang menyertai aktivitas terbang mengaktifkan sistem kekebalan, maka penerbangan bisa menjadi penjelasan utama untuk evolusi infeksi virus tanpa tanda-tanda penyakit yang jelas pada kelelawar. Suhu tubuh tinggi setiap hari (dari terbang) memungkinkan kelelawar melawan beberapa patogen selama tahap awal infeksi.
Beberapa virus mungkin telah berevolusi dengan kelelawar agar lebih toleran terhadap suhu tubuh yang lebih tinggi. Meskipun virus-virus ini tidak berbahaya bagi kelelawar, virus ini dapat menyebabkan penyakit ketika mereka menyeberang ke hewan lain, karena virus akan mampu bertahan pada kisaran temperatur yang lebih luas, kata para peneliti. Namun demikian diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar. Artikel selengkapnya dapat diakses melalui livescience.com.