SISTEM PENAMAAN PENYAKIT
Ternyata, dibalik berbagai nama penyakit yang terkadang terdengar aneh atau bahkan sulit untuk diucapkan, ada suatu sistem penamaan yang telah disusun oleh para penemu atau pakar kesehatan. Ada beberapa cara atau sistem dalam memberikan nama untuk sebuah penyakit yang biasanya digunakan oleh para penemu atau ahli kesehatan dalam mendefinisikan kasus penyakit yang mereka hadapi. Sistem penamaan penyakit tersebut diantaranya:
Penambahan kata di belakang nama penyakit atau kondisi.
Dalam penamaan penyakit, sering kita jumpai istilah-istilah yang disandingkan di belakang nama penyakit. Istilah-istilah tersebut dapat menunjukkan lama waktu penyakit, riwayat muncul penyakit, ataupun tingkat keparahan penyakit. Contoh kata yang sering ditambahkan pada belakang nama penyakit, meliputi:
- Akut, yakni penyakit yang terjadi tiba-tiba dalam waktu singkat dan sifatnya serius.
- Kronis, yaitu penyakit yang terjadi secara perlahan, namun semakin lama semakin parah atau berbahaya.
- Primer, mengartikan bahwa penyakit tersebut muncul dengan sendirinya, tanpa disebabkan dari penyakit atau komplikasi penyakit lain.
- Sekunder, yakni penyakit yang muncul karena efek dari penyakit atau kondisi lain, atau suatu perkembangan dari penyakit primer.
- Jinak, menandakan bahwa suatu penyakit dianggap belum membahayakan dan tidak mempengaruhi organ lain.
- Ganas, menunjukkan bahwa suatu penyakit sudah membahayakan dan dapat mempengaruhi organ lain.
Tambahan awalan
Selain adanya penambahan kata di belakang nama penyakit, beberapa tambahan awalan yang menempel dari suatu nama penyakit juga dapat mencirikan kondisi dari suatu penyakit tertentu, diantaranya:
- Ana-, yaitu tidak ada atau absen. Sebagai contoh pada kondisi anafilaksis yang artinya ketiadaan (ana-) perlindungan terhadap serangan infeksi penyakit (filaksis). Anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi berat terhadap suatu agen alergi.
- Dis-, yang menunjukkan adanya kelainan atau penyimpangan, seperti dislipidemia, yakni adanya kelainan kolesterol/lemak (lipid) dalam darah.
- Hiper-, yakni adanya kelebihan di atas normal. Contoh penyakit yang sering kita dengar adalah hipertensi, menunjukkan adanya tekanan darah (tensi) di atas normal.
- Hipo-, menunjukkan adanya kekurangan di bawah normal. Sebagai contohnya adalah hipotensi, dimana tekanan darah seseorang berada di bawah tekanan darah normal.
- Meta-, merupakan ciri adanya perubahan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Contohnya adalah metaplasia yang menunjukkan adanya perubahan satu jenis sel normal menjadi jenis sel normal lainnya.
Tambahan akhiran
Beberapa penyakit juga ada yang diberi tambahan akhiran untuk menunjukkan kondisi penyakit yang lebih spesifik, seperti:
- –itis, menunjukkan adanya proses peradangan. Contohnya adalah tonsilitis atau yang biasa disebut sebagai radang amandel (tonsil).
- –oma, yang menunjukkan adanya suatu tumor, seperti sarkoma yang merupakan kelompok tumor yang menyerang di jaringan tubuh bagian tengah atau luar.
- –osis, yakni keadaan atau kondisi yang tidak selalu patologis (disebabkan oleh penyakit), seperti osteoporosis yang merupakan kondisi saat kepadatan tulang (osteon) menurun, tidak selalu disebabkan karena adanya penyakit tertentu.
- –oid, menunjukkan kemiripan pada sesuatu, contohnya reumatoid yang merupakan penyakit dengan kemiripan pada rheumatism, yakni berbagai varietas gangguan yang disebabkan oleh inflamasi (peradangan), degenerasi, atau kekacauan metabolisme dari struktur jaringan ikat (terutama pada sendi).
- –penia, yakni ketiadaannya. Contohnya adalah trombositopenia. Namun, hal ini bukan berarti tidak ada trombosit sama sekali di dalam darah, melainkan jumlahnya yang jauh lebih sedikit dari kadar normal.
- –sitosis, yakni naiknya jumlah sel, berlawanan dari kata –penia. Contohnya adalah leukositosis yang merupakan naiknya jumlah sel leukosit (sel darah putih).
- –ektasis, menunjukkan adanya proses dilatasi (pelebaran atau peregangan struktur). Contohnya adalah bronkiektasis yang merupakan penyakit saluran napas kronik ditandai dengan dilatasi abnormal permanen disertai rusaknya dinding bronkus (cabang batang tenggorokan).
- –plasia, menandakan adanya kelainan pertumbuhan. Sebagai contoh penyakitnya adalah hiperplasia, yang menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan jumlah sel sehingga merubah ukuran organ.
- –opati, yakni bentuk tidak normal yang kehilangan karakteristik, contohnya adalah limfadenopati yang merupakan pembengkakan pada kelenjar limfe.
Nama eponimosa
Pada dasarnya, tidak semua sistem penamaan penyakit dapat mendefinisikan suatu peyakit terntentu. Dalam hal ini ada suatu sistem penamaan penyakit yang tidak memiliki arti khusus, yakni dengan menggunakan nama eponimosa. Nama eponimosa merupakan nama yang berkaitan dengan nama seseorang atau tempat. Sebagai contohnya adalah penyakit Graves yang ditemukan oleh Sir Robert Graves dan penyakit Paget yang pertama kali dilaporkan oleh Sir James Paget.
Namun, saat ini WHO menyarankan untuk tidak memberikan nama penyakit baru berdasarkan nama seseorang, wilayah, ataupun yang berkaitan dengan hewan tertentu, seperti yang terjadi pada penamaan Flu Spanyol dan Sindrom Pernapasan Timur Tengah, dimana disebutkan lokasi yang cukup spesifik. Hal ini dapat menghalangi perdagangan atau perajalanan seseorang karena merasa takut, dan dianggap dapat menimbulkan reaksi terhadap anggota komunitas atau etnis tertentu. Bahkan, dalam beberapa kasus penamaan penyakit yang berkaitan dengan hewan tertentu, dapat memicu pemotongan hewan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Sistem koding angka
Selain nama eponimosa, sistem penamaan penyakit dengan menggunakan koding angka juga tidak dapat digunakan bagi orang awam untuk mendefinisikan suatu penyakit tertentu. Sistem ini lebih bertujuan untuk pengklasifikasian penyakit dan memudahkan para tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan sesuai dengan kriteria penyakit yang telah disepakati. Beberapa jenis sistem penamaan penyakit yang menggunakan koding angka, diantaranya: ICD (International Classification of Disease) yang dirumuskan oleh WHO, serta SNOP (Systematized Nomenclature of Pathology) dan SNOMED (Systematyzed Nomenclature of Medicine) yang biasa digunakan di USA.
Walaupun sistem penamaan penyakit tidak bisa menjamin orang awam untuk mengetahui tentang penyakit lebih spesifik, namun hal ini dapat memudahkan pemahaman bagi pasien atau keluarga pasien dalam menerima penjelasan dari dokter. Tentu, dalam memahami sistem penamaan ini pun harus diiringi juga dengan pembelajaran istilah medis sederhana.