Sains

Para Ilmuwan Temukan Cara Berkomunikasi dengan Manusia di Masa Depan ?

Berkomunikasi dengan Manusia di Masa Depan

Rumor tentang keberadaan spesies alien memang masih menjadi perbincangan hangat bagi para pecinta sains, terutama jika ada ide keinginan untuk berkomunikasi dengan alien, pastinya akan menjadi tantangan tersendiri. Namun jika disandingkan dengan peradaban kita sendiri di bumi, yaitu nenek moyang manusia yang sudah ada sangat lama pada jaman purbakala, apakah pernah terpikir bagaimana cara manusia jaman sekarang untuk berkomunikasi dengan peradaban manusia 10,000 tahun ke depan?

Salah satu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan para ilmuwan, contohnya adalah perkara pembuangan limbah nuklir. Limbah kimia ini tentunya masih sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia untuk seribu tahun ke depan. Oleh karena itu, cara untuk  melindungi masa depan hidup manusia dibutuhkan suatu cara untuk memperingati manusia di masa depan untuk menghindari tempat–tempat pembuangan limbah nuklir ini.

Memang sih, cukup sulit memikirkan idenya. Walaupun ada banyak metode yang bisa dilakukan melalui bahasa, simbol, dan rujukan kebudayaan di masa kini yang dapat membuat manusia di masa depan sadar. Jadi, bagaimana caranya agar peringatan–peringatan mengenai bahaya limbah nuklir ini dapat ditanggulangi?

Dilansir dari Curiosity.com, pada tahun 1981, U.S. Department of Energy melakukan forum rapat bersama para ahli yang disebut Human Interference Task Force untuk meneliti perkara yang dilaporkan. Para ahli tersebut punya beberapa ide dalam proyek “tugas komunikasi 10,000 tahun ke depan”.

Para Ilmuwan Temukan Cara Berkomunikasi dengan Manusia di Masa Depan ?

Bahasa selalu berevolusi dari jaman ke jaman, selalu ada kata–kata baru dan makna baru, bahkan kita yang sedang menjalani proses evolusi tersebut tidak terasa. Namun seperti apakah bahasa manusia 10,000 tahun ke depan?

Contohnya ada Bahasa Inggris versi Chaucer, yang sudah ada sejak 600 tahun lamanya, dan sampai sekarang hanya bisa dipahami oleh orang–orang yang melakukan pelatihan khusus. Metode yang paling berguna dalam menggunakan bahasa untuk dapat dipahami dan dilestarikan sampai 10,000 tahun ke depan kedengarannya memang sangat berlebihan.

Kasus “The Rosetta Stone” dapat dipahami karena memiliki tulisan dalam tiga bahasa berbeda, salah satunya bahasa Yunani yang dapat diakses oleh para pelajar. Jika suatu pesan ditulis dengan banyak bahasa yang berbeda, tetap saja tidak ada jaminan bahwa manusia-manusia di masa depan dapat menginterpretasikannya.

Manusia abad ini memiliki simbol yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa, contohnya simbol angka dan simbol matematika, ataupun simbol yang ada di bandara dan kamar mandi. Ada juga simbol internasional untuk memperingati bahaya, atau bahkan bahaya radiasi nuklir.  Namun semua ini sangat tergantung dari faktor lingkungan. Simbol lebih baik diinterpretasikan bersama konteksnya, dan kita tidak bisa memprediksikan konteks yang sama akan dipahmi oleh manusia di masa depan. Bahkan, bisa jadi memberi garis bawah pada tanda peringatan bahaya justru bisa terbalik artinya bagi mereka. Namun, apabila manusia di masa depan punya rasa penasaran sekuat manusia di abad ini, maka mungkin mereka akan belajar menginterpretasikan sesuatu dengan sungguh – sungguh.

Sebuah laporan dalam the Office of Nuclear Waste Isolation tahun 1984, ada seorang ahil semiotika, Thomas Sebeok merekomendasikan untuk menjembatani antara linguistic dengan perubahan budaya, dimana hal ini dapat membantu manusia di masa depan memahami tanda – tanda pesan disekitarnya. Contohnya seperti kata “metamessage” di coba untuk diulang – ulang pada setiap kesempatan agar maknanya sampai pada manusia di masa depan. Tapi siapa yang menjamin jika mereka paham?

Metode paling ampuh adalah mewariskan cerita – cerita mitos dan legenda rakyat, seperti halnya kita diceritakan oleh nenek moyang kita. Karena para ilmuwan percaya bahwa efek samping dari sisi mistis dan supernatural membuat alam bawah sadar manusia lebih percaya dan merasa terlindungi.