International Biotechnology Conference On Estate Crops ( IBCEC )
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia atau Indonesian Research Institute for Biotechnology and Bioindustry (IRIBB) mengadakan event IBCEC 2017 (International Biotechnology Conference On Estate Crops). Acara ini merupakan bagian dari event perkebunan terbesar di dunia yaitu The World Plantation Conference and Exhibition 2017 (WPLACE-2017). Event WPLACE-2017 sendiri diadakan pada pada tanggal 18-20 Oktober 2017. Pada awalnya event tersebut akan diadakan di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) Bali-Indonesia. Namun karena aktivitas Gunung Agung meningkat akhirnya event tersebut dipindahkan ke Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, Indonesia.
Acara IBCEC sendiri mengangkat tema “The Cutting Edge of Biotechnology- Success Story, Potential and Challenges” atau “Bioteknologi Terkini- Kisah Sukses, Potensi dan Tantangan. Acara tersebut mengangkat berbagai macam isu seputar bagaimana bioteknologi membawa perkembangan tanaman perkebunan di masa depan. Topik yang diangkat diantaranya yaitu: bagaimana bioteknologi digunakan untuk memahami genetika dasar tanaman pertanian, untuk menghasilkan planlet kultur jaringan dalam skala besar, menggunakan molecular breeding untuk menghasilkan kultivar baru yang dapat meningkatkan hasil, tahan terhadap hama dan toleran terhadap stress lingkungan, dan bagaimana menggunakan mikroba untuk membuat bioproduk seperti biopestida, biofertilizer, dan memanfaatkannya untuk mengolah kesehatan tanah dan mengolah limbah pembuangan.
Kepala Bidang Penelitian IRIBB, Dr Asmini Budiani, Msi selaku Ketua Panitia IBCEC mengatakan bahwa sebagai salah satu riset institusi di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara, IRIBB mempunyai mandat melakukan penelitian di bidang bioteknologi khususnya di bidang perkebunan tapi tidak terbatas pada tanaman perkebunan saja tapi tanaman lain. Acara ini merupakan salah satu bagian dari diseminasi produk-produk hasil teknologi dari riset yang dilakukan oleh IRIBB. IBCEC diharapkan dapat mempertemukan para ilmuan berskala international yang sudah dikenal untuk berdiskusi bersama membahas teknologi-teknologi terbaru dalam bidang pertanian dan bioteknologi. Beberapa topik yang dibahas dalam IBCEC yaitu molekular breeding, biopestisida, biostimulan, pengolahan limbah hasil perkebunan menjadi bioplastik dan semua yang terkait dengan produk-produk hasil dari riset utama. Dalam acara tersebut molecular breeding menjadi isu utama sehingga porsinya lebih banyak dibandingkan dengan isu lainnya. Hal itu dikarenakan breeding menjadi pilar yang penting untuk menghasilkan bahan tanam yang bagus. Oleh karena itu pada acara tersebut banyak ahli yg membahas mengenai molecular breeding terutama pada oil palm.
Pada sesi pertama acara tersebut Dr Alain Rival dari Perancis juga membahas mengenai Biotechnologies in The Public Debate seperti Genetic Modifying Organism (GMO). Menurut Ibu Dr Asmini Budiani, Msi, GMO di Indonesia tidak terlalu dikhawatirkan. Hal itu disebabkan karena risetnya sendiri sudah melewati proses pengamanan yang ketat. Selain itu, untuk meluncurkan tanaman hasil rekayasa genetika sendiri telah melewati proses pengujian yang panjang. Di Indonesia sendiri, kebutuhan akan bahan pangan lebih diutamakan daripada isu mengenai GMO. Indonesia tidak banyak melakukan rekayasa genetika tetapi lebih ke pengembangan biostimulan dan biopestisida. Namun riset mengenai rekayasa genetika tetap berjalan meskipun porsinya sedikit. Komersialisasi tanaman hasil rekayasa genetika pun masih belum banyak dilakukan karena tanaman perkebunan memiliki siklus hidup yang lama. Jika khawatir mengenai GMO, ekspresi hasil rekayasa genetika dapat dialihkan ke bagian tanaman yang tidak dimakan seperti akar.
Pada sesi kedua, peneliti pertama Pusat penelitian Bioteknologi dan Bioindutri Indonesia, Dr. Isroi memaparkan bagaimana tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan untuk pembuatan bioplastik. Kedepannya, penggunaan bioplastik ini dapat menggantikan plastik yang berasal dari minyak bumi yang biasa digunakan untuk kemasan makanan maupun peralatan makan. Selain ramah lingkungan, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bioplastik ini dinilai lebih murah karena menggunakan limbah kelapa sawit.
Selain membahas topik-topik terkait bioteknologi, acara tersebut juga diselenggarakan sebagai platform kepada para peneliti dan pihak pengguna untuk berkomunikasi. Setelah komunikasi terjalin pada kedua belah pihak, diharapkan akan terjalin kerja sama yang dapat ditindaklanjuti. Acara ini kemungkinan bisa diadakan kembali tetapi perlu dievaluasi terlebih dahulu. Acara dapat dinilai sukses karena peserta telah mencapai target. Peserta yang hadir berasal dari hampir seluruh stakeholder perkebunan.