Hewan-hewan Ini Dapat Memancarkan Cahaya
Seperti kembang api hidup, beberapa hewan ini dapat memancarkan cahaya dari tubuhnya. Sejumlah hewan menghasilan cahaya dari tubuh mereka untuk menciptakan sinyal yang digunakan untuk kawin dan berkomunikasi.
Kumbang Phrixothrix
Serangga dari Famili Phengodidae merupakan kumbang yang unik dan jarang ditemui. Kumbang jantan dan betina dari kumbang dari family Phengodidae ini memiliki bentuk yang berbeda. Bentuk kumbang betina menyerupai larva besar yang dapat memancarkan cahaya dari organ berpasangan di setiap segmen tubuhnya dan kadang-kadang juga dari pita bercahaya yang membentang di seluruh permukaan dorsal tubuh di antara setiap segmen tubuh.
Seperti hewan bioluminescent pada umumnya, cahaya yang dari tubuh kumbang ini berasal dari reaksi antara molekul luciferin yang memancarkan cahaya dan enzim luciferase. Cahaya kuning kehijauan di tubuhnya dapat dikendalikan dan digunakan untuk memperingatkan pemangsa bahwa dirinya beracun. Pada malam hari, tubuh kumbang betina akan menyerupai kereta api cacing karena bintik-bintik cahaya di sepanjang tubuh kumbang ini menyerupai jendela kereta.
Berbeda dari kumbang betina, kumbang jantan serangga ini tidak berbentuk seperti larva melainkan menyerupai kumbang pada umumnya. Kumbang jantan memiliki sepasang sayap pertama (elytra) dengan ukuran kurang dari setengah selama sayap belakangnya. Selain itu, kumbang jantan juga memiliki antena berbulu yang mirip seperti antena ngengat. Antena ini digunakan untuk mendeteksi dan mengikuti feromon yang dihasilkan oleh kumbang betina.
Blue Ghost Fireflies (Phausis reticulata)
Kunang-kunang adalah serangga bioluminescent yaitu serangga yang mampu menghasilkan cahaya dari dalam tubuhnya. Menurut para peneliti dari Harvard Medical School, cahaya berasal dari campuran oksigen, pigmen yang disebut luciferin, enzim yang disebut luciferase, dan zat kimia yang menyediakan energi yang disebut adenosine triphosphate (ATP). Kristal asam urat dalam sel-sel yang memproduksi cahaya bertindak sebagai lapisan reflektif yang membantu cahaya bersinar.
Berbeda dengan kunang-kunang pada umumnya, blue ghost fireflies memancarkan cahaya biru-putih dan menyala hingga satu menit setiap kali bercahaya. Hal tersebut berbeda dengan kunang-kunang pada umumnya yang mati setelah memancarkan cahaya. Kunang-kunang jantan memilii sayap sedangkan kunang-kunang betina blue ghost fireflies tidak memiliki sayap, sehingga menyerupai larva.
Cahaya biru-putih yang dipancarkan oleh kunang-kunang ini digunakan untuk proses kawin. Kunang-kunang jantan terbang dan memancarkan cahaya untuk menemukan kunang-kunang betina. Sementara kunang-kunang betina berjalan di atas dedaunan dan memancarkan cahaya dan feromon dari tubuhnya untuk membantu kunang-kunang jantan menemukannya.
Hiu Lentera (Etmopterus benchleyi)
Hiu lentera adalah salah satu dari dua keluarga hiu laut dalam yang memiliki kemampuan untuk bersinar dalam gelap. Keluarga hiu lainnya dengan kemampuan melakukan ini adalah hiu layang-layang (Dalatiidae).
Hiu lentera memancarkan cahaya tampak dari ribuan organ fotogenik epidermal kecil yang disebut photophores yang terletak di sekitar organ reproduksi. Photophores tediri dari sekelompok sel fotogenik yang disebut photocytes.
Organ photophores terlibat dalam berbagai perilaku hiu lentera seperti kamuflase untuk menghindari pemangsa dan komunikasi. Setiap spesies memiliki pola cahaya spesifik seperti label nama sehingga mereka dapat menemukan pasangan di kedalaman laut yang gelap.
Cumi-cumi Ekor Hawai (Euprymna scolopes)
Cumi-cumi ekor hawai dewasa berukuran sekitar 2,5 cm. Pada siang hari ini cumi-cumi ini mengubur diri di dalam pasir, sedangkan pada malam hari mereka mencari mangsa. Cumi-cumi ini memiliki organ cahaya luminescent yang digunakan untuk berburu mangsa dan menghindari pemangsa.
Cahaya luminescent yang dihasilkan organ cahaya cumi-cumi tersebut berasal dari hubungan simbiosis dengan bakteri luminescent Vibrio fischeri. Organ cahaya tersebut merumahkan bakteri dan mengarahkan cahaya yang dihasilkan oleh Vibrio fischeri dengan teknik counter-iluminasi untuk membantu menangkap mangsa dan menghindari pemangsa.
Ketika cumi-cumi ini menetas mereka menarik bakteri dari air laut saat mereka bernafas. Kemudian bakteri tersebut terjebak di lendir di sekitar organ cahaya, di mana mereka berkembang biak. Bakteri Vibrio fischeri yang terjebak di dalam organ cahaya sesaat setelah cumi-cumi ini menetas memicu perkembangan perkembangan organ cahaya. Pada akhirnya, organ cahaya tersebut menjadi rumah bakteri Vibrio fischeri yang mampu mendukung pertumbuhan atau kepadatan bakteri tersebut. Kepadatan sel yang tinggi mendorong konsentrasi tinggi penginderaan kuorum, yang mengatur luminesensi pada Vibrio fischeri.
Ubur-ubur Sisir (Ctenophora)
Ubur-ubur sisir bukanlah ubur-ubur, tetapi kelompok terpisah yang disebut ctenophores yang tidak memiliki banyak tentakel dan tidak menyengat. Banyak ubur-ubur sisir dapat menghasilkan cahaya, kemampuan yang dikenal sebagai bioluminescence. Ubur-ubur sisir memiliki protein di beberapa jaringan yang berperan dalam reaksi kimia untuk menghasilkan cahaya biru, hijau atau merah sebagai respons terhadap rangsangan seperti sentuhan.
Cahaya yang dihasilkan oleh ubur-ubur sisir diduga digunakan dalam taktik pertahanan. Cahaya yang dihasilkannya seperti kilatan yang mampu mengejutkan predator atau menarik pemangsa yang lebih besar untuk membuat pemangsa ubur-ubur tersebut menjadi mangsa.
Ciri khas dari spesies ini adalah delapan baris silia yang mereka miliki. Silia tersebut digunakan untuk berenang dan memberikan effek pelangi berkilauan (efek penghamburan cahaya).
Sumber: news.nationalgeographic.com
Baca : 7 Mahkluk Aneh Yang Menghuni Laut Dalam Perairan Indonesia