Tidur Mendengkur dan Konsekuensi terhadap Kesehatan
Suara dengkuran ketika tidur terjadi karena penutupan atau penyempitan saluran udara pada hidung, mulut, atau tenggorokan. Getaran dari udara yang mengalir melalui mulut atau hidung menuju paru-paru menimbulkan suara dengkuran yang kita dengar. Ketika kita menarik napas saat tidur, udara memasuki mulut atau hidung dan melewati langit-langit sebelum menuju ke jantung. Bagian belakang mulut di mana lidah dan tenggorokan bagian atas bertemu dengan langit-langit dan uvula dapat berlipat. Ketika area tersebut berlipat, jalur udara menjadi sempit atau tertutup. Jalur yang tertutup atau sempit ini akan mengganggu aliran udara dan menyebabkan langit-langit dan uvula bergetar dan berbenturan dengan bagian belakang tenggorokan, menghasilkan suara dengkuran. Tonsil dan adenoid juga mungkin bergetar. Semakin sempit jalur udara, semakin kencang getaran yang terbentuk dan suara dengkuran pun menjadi kencang. Kita tidak mendengkur ketika kita dalam kondisi terbangun karena otot-otot yang menahan jaringan pada bagian belakang mulut berada tetap pada tempatnya. Ketika kita tidur, otot-otot tersebut mengendur dan membuat jaringan-jaringan dapat berlipat.
Faktor Penyebab Dengkuran
Dengkuran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Pembesaran jaringan-jaringan pada hidung, mulut, atau tenggorokan. Tonsil yang membesar merupakan penyebab dengkuran yang sering ditemui pada anak-anak.
- Saluran hidung yang tersumbat, sehingga sulit untuk menarik napas. Hal ini mempengaruhi jaringan-jaringan di tenggorokan, membuatnya saling menarik dan mempersempit jalur udara. Hidung tersumbat dapat disebabkan oleh infeksi saluran napas atas (seperti flu), alergi, atau polip hidung.
- Sekat hidung yang menyimpang, sehingga mempersulit aliran udara di hidung.
- Usia paruh baya memiliki frekuensi mendengkur yang lebih tinggi.
- Hilangnya bentuk otot di tenggorokan, yang memudahkan jaringan-jaringan untuk berlipat. Hal ini dapat disebabkan oleh penuaan atau kurangnya kebugaran tubuh.
- Bentuk rahang yang abnormal, seperti dagu yang kecil dan overbite (rahang dan gigi atas tumpang tindih dengan rahang dan gigi bawah).
- Paparan terhadap asap rokok dapat meningkatkan risiko mendengkur.
- Konsumsi alkohol, dapat mempengaruhi bagian otak yang mengatur pernapasan. Alkohol dapat membuat otot-otot lidah dan tenggorokan menjadi rileks dan menutup sebagian jalur udara.
- Lemak di tenggorokan dapat mempersempit jalur udara.
- Obat-obatan yang membuat rileks atau mengantuk, seperti obat alergi, depresi, atau kecemasan.
Konsekuensi dari Tidur Mendengkur
1. Bangun dengan sakit kepala
Berdasarkan riset di Norwegia, orang yang mengalami sleep apnea memiliki risiko 3-4 kali lebih besar untuk bangun tidur dengan sakit kepala. Sleep apnea adalah gangguan tidur yang serius akibat tersumbatnya saluran udara pada saluran pernapasan. Gangguan ini membuat kita sulit menghirup cukup oksigen atau mengembuskan karbon dioksida yang sesuai ketika tidur. Alhasil, pembuluh darah di otak melebar dan menyebabkan sakit kepala.
2. Rentan terhadap stroke
Mendengkur dapat menyebabkan kita memiliki risiko 26 persen lebih besar untuk mengalami stroke berdasarkan sebuah studi yang dilakukan di Tiongkok. Menurut peneliti, plak yang tertimbun di arteri menjadi penyebab dengkur yang keras dan stroke. Selain itu, orang yang mendengkur cenderung memiliki berat badan yang lebih berat, sehingga obesitas mungkin meningkatkan risiko stroke juga.
3. Memori menghilang
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Neurology, dengkuran yang keras dapat menyebabkan memori berkurang 10 tahun dibanding yang tidak mendengkur. Peneliti berpendapat bahwa gangguan pernapasan ketika mendengkur dapat meningkatkan cairan serebrospinal, yaitu cairan di otak yang berperan dalam mengatur aliran darah dan fungsi otak.
4. Masalah jantung
Kebiasaan mendengkur yang ditambah dengan rasa kantuk di siang hari meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung seiring bertambahnya usia. Meskipun tidak semua orang yang mendengkur memiliki sleep apnea, apabila kita mendengkur dan merasa lelah keesokan paginya maka kita mungkin memiliki gangguan tersebut. Hal ini dikarenakan sleep apnea mencegah kita tidur nyenyak.
Sumber : health.com